Setelah ditunggu-tunggu dalam beberapa waktu ini, sikap politik Ustadz Abdul Somad akhirnya diketahui publik.
Pernyataan politisnya itu disampaikannya ketika dirinya bertemu dengan Mantan Gubernur NTB, Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi.
UAS akhirnya sepakat dengan TGB bahwa kinerja Presiden Jokowi dalam periode pertama ini sangat baik. Karenanya, dia sependapat dengan TGB bahwa Jokowi harus lanjut 2 periode.
Pernyataannya ini menunjukkan bahwa UAS kini mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 01, Jokowi dan KH. Ma'ruf Amin. Dukungan itu sendiri bersifat personal.
Berikut ini pernyataan UAS:
"Hari ini saya sampaikan kepada masyarakat Indonesia. Saya beralih dan mendukung Bapak Joko Widodo menjadi Presiden 2 Periode. Dukungan saya ini bersifat personal, saya mendukung karena saya melihat kinerja Bapak Jokowi selama ini menjabat Presiden itu sangat baik," katanya.
Sikap politik adalah personal. Siapapun warga negara berhak memiliki pilihan politiknya masing-masing. Hal ini dijamin konstitusi.
Kita harus menghormati pilihan UAS ini. Bagaimanapun, itu adalah ijtihad politiknya.
Sabtu, 22 Desember 2018
Sependapat dengan TGB, Kini Ust. Abdul Somad Dukung Jokowi 2 Periode
Senin, 03 Desember 2018
Sah! Terbukti Reuni 212 Hasil Mobilisasi Massa Partai-Partai Pengusung Prabowo-Sandi
Reuni 212 yang digelar pada Minggu (2/12) di Monas Jakarta Pusat kemarin, diyakini banyak pihak memang tak lepas dari unsur politik. Kepentingan politik Prabowo-Sandi disebut sebagai motor utamanya.
Hal itu semakin terkonfirmasi dengan adanya pesan yang beredar di media sosial Whatsapp akhir-akhir ini. Disebutkan dalam pesan itu, DPC/DPD Gerindra dan PKS di sejumlah daerah Jabar memberikan dukungan dan akomodasi bagi para peserta aksi berupa kendaraan dan ongkos transportasi sebesar Rp 100.000,- per orang.
DPC dan DPD Gerindra serta PKS itu juga menyediakan transportasi untuk keberangkatan massa aksi ke Monas pada Sabtu 1 Desember 2018.
Hal ini semakin menegaskan bahwa kubu oposisi memang berupaya memobilisasi massa dari luar DKI Jakarta untuk mengikuti reuni 212. Tentunya, dengan iming-iming uang untuk menarik minat masyarakat agar mengikuti kegiatan tersebut.
Dengan demikian, kita bisa menduga bahwa sebagian besar massa yang hadir dalam reuni 212 bukan atas keinginan sendiri, melainkan hanya sebagai ajang ikut-ikutan agar diberi imbalan.
Kita juga semakin yakin bahwa kegiatan Reuni 212 bukan sebagai ajang silaturahmi, namun sudah ditunggangi kepentingan politik kubu oposisi, yang diperkuat dengan pesan terkait 'Gerindra Menang, Prabowo Presiden'.
Hal itu diperkuat dengan isi pidato Habib Rizieq Shihab (HRS) yang meneriakkan Ganti Presiden dalam memberikan sambutan melalui rekaman. Diantara ceramahnya yang berdurasi hampir 30 menit, Rizieq menyatakan bahwa "haram memilih capres dan caleg yang diusung partai-partai pendukung penista agama".
Bisa dikatakan bahwa Reuni 212 ini adalah usaha mempertebal sentimen agama dalam ajang politik, atau dengan kata lain sebuah politisasi agama.
Mari kita pertegas lagi semangat kebangsaan di tengah maraknya politisasi agama seperti ini. Indonesia adalah rumah bersama yang didirikan untuk semua golongan, bukan hanya umat Islam saja, apalagi golongan PA 212, FPI, HTI, dan pendukung partai-partai oposisi tersebut.