Minggu, 28 Oktober 2018

Lagi-Lagi Hoaks, Eramuslim Sebut Proyek Jalur Kereta Trans-Sumatera Mangkrak, Ini Kenyataannya

Sudah menjadi kebiasaan jika pihak oposisi kerap menyebarkan berita bohong untuk menyudutkan pemerintah. Bahkan, politik kebohongan itu dirasa sudah keterlaluan.

Hal itu pula yang terjadi dengan portal-portal media yang berafiliasi dengan mereka. Sebagai institusi penyebar kabar, kelakuannya sungguh memuakkan. Portal media online seperti eramuslim.com tersebut yang menjadi corong kebohongan itu.

Seperti, misalnya, baru-baru ini situs eramuslim.com memberitakan soal mangkraknya pembangunan jalur kereta api Trans-Sumatera. Menurutnya, proyek yang digagas Presiden Jokowi di awal pemerintahannya itu justru mangkrak dan ditinggalkan begitu saja.

Dengan pengaturan sudut pandang yang sedemikian rupa, berita itu dimainkan seolah memang Presiden Jokowi membiarkan proyek yang telah dicanangkan itu mangkrak.

Padahal, kenyataannya tidak seperti itu. Berita soal mangkraknya jalur kereta api Trans-Sumatera itu sepenuhnya bohong.

Faktanya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sendiri justru menargetkan pembangunan 3 jalur Kereta Api (KA) di Sumatera yang dikerjakan sejak 2014 selesai tahun depan. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Zulkifri.

Adapun jalur KA yang ditargetkan selesai tahun 2019 itu ialah Bireun-Lhokseumawe segmen Krueng Geukueh ke Paloh Batee sepanjang 8,3 km. Jalur KA Bireun-Lhokseumawe memiliki panjang 54,49 km yang dikerjakan bertahap.

Selain itu, jalur KA Besitang-Langsa segmen Besitang-Sei Liput sepanjang 35 km, dan jalur KA Rantauprapat-Kota Pinang segmen Rantauprapat-Pondok S2 di Sumatera Utara sepanjang 33 km juga ditargetkan selesai tahun depan. 

Pembangunan tersebut merupakan bagian dari target Kemenhub membangun 1.349 km rel KA, mulai 2015 hingga 2019.

Dengan begitu, kabar bahwa jalur kereta api Trans-Sumatera itu mangkrak tidak benar. Itu adalah berita hoaks.

Media abal-abal seperti eramuslim.com ini telah melakukan pembodohan publik karena takut capres dukungannya kalah. Namun, cara berpolitik yang dimainkan dengan berita bohong atau hoaks itu telah melewati batas sabar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar