Selama ini, Presiden Joko Widodo kerap disebut sebagai musuh para ulama. Bahkan, Presiden Jokowi sering dianggap anti-Islam.
Namun, klaim itu harusnya mulai dihapus dalam benak kita, karena saat ini justru Presiden Jokowi yang memilih seorang Kiai (ulama) sebagai cawapresnya.
Hal ini berbeda 180 derajat dengan lawannya, Prabowo Subianto, yang awalnya direkomendasikan untuk memilih cawapres dari ulama, ternyata diingkari di detik-detik terakhir. Dia justru memilih seorang taipan kaya sebagai wakilnya.
Peran ulama adalah melanjutkan perjuangan para Nabi untuk memperjuangkan agama Islam. Hal itu seperti yang dilakukan oleh Maulanasyaikh TGKH M Zainuddin Abdul Madjid sebagai ulama sekaligus pahlawan dari Nusa Tenggara Barat dengan cara membangun pondok pesantren di berbagai daerah di Indonesia dengan menanamkan nilai-nilai agama.
Pemilihan cawapres Presiden Jokowi dari kalangan kiai ini menjadi bukti bahwa sosok mantan Walikota Solo itu sebenarnya tak pernah memusuhi ulama, apalagi anti-Islam. Hal itu diakui oleh KH. Ma'ruf Amin sendiri ketika melakukan kunjungan ke Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Ketika di Pondok Pesantren Syaikh Zainuddin NW Anjani, Lombok Timur, KH. Ma'ruf Amin menjabarkan bahwa keputusan Presiden Jokowi memilih dirinya sebagai cawapres merupakan bukti kecintaannya pada kiai dan santri.
Melalui kesempatan ini, para kiai dan santri kini bisa ikut terlibat langsung membangun bangsa sesuai ajaran Islam yang dikaji melalui Alquran, Al-Hadis dan kitab-kitab para ulama. Hal itu tak mungkin dilakukan bila Presiden Jokowi anti-Islam.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya bila kita membuang jauh-jauh propaganda negatif bahwa sosok Presiden Jokowi itu anti-Islam, musuh ulama, atau ingin merusakan agama. Hal itu adalah propaganda sesat yang disebarkan oleh pihak yang tak bertanggung jawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar