Senin, 25 Februari 2019

Kampanye Aneh-Aneh Sandiaga, Ulangi Kegagalan di DKI Jakarta?


Selama kampanye Pilpres 2019, banyak janji bombastis disampaikan oleh cawapres 02, Sandiaga Uno. Sayangnya, sebagian besar janji itu tak dilengkapi dengan strategi dan cara kerja yang realistis.


Baru-baru ini, Sandi membuat janji baru di bidang ekonomi untuk mengimbangi Unicorn. Ia berjanji akan mendirikan koperasi berskala besar yang disebut Unikop untuk menggerakkan ekonomi lokal. 


Klop dengan program OKE OCE yang tak jelas juntrungannya, pengusaha kardus itu memang sangat royal mengobral janji. Padahal kita tahu, sebenarnya Sandi hanya menyontek ide dari keberhasilan koperasi Srinadi Nyoman Suwitra.


Pun begitu dengan konsep OKE OCE juga hasil nyontek, tetapi diklaim jadi programnya. karena itu, bisa dikatakan bahwa Sandi memang tukang nyontek.


Diakui atau tidak, Unicop adalah jelmaan OKE OCE yang sudah tak laku dijual. Namun, mau dipermak secanggih apapun, yang namanya pembohongan tak akan berhasil. 


Sandi jangan hanya ngimpi mau menyaingi Unicorn. Jangan sampai Unikop itu hanya jadi "Unit Kosong Pengibulan". 


Masyarakat jangan gampang terkibul atau terperdaya angin surga bau kentut dari Sandi. Ia memang jagonya menciptakan atau membalut istilah yang kelihatannya heboh, tapi realisasinya hanya mimpi.


Kita patut belajar dari manisnya janji Sandiaga Uno di Jakarta, tetapi akhirnya hanya menjadi janji kosong. OKE OCE mangkrak, DP 0 persen tak ada. Itu hanya sebagian dari janji kosong hanya untuk meraup suara. 


Ingat, hanya keledai yang jatuh dua kali di lobang yang sama. Kita jangan seperti itu.

Yakin Munajat 212 Murni untuk Agama? Kiai Maruf Amin sebagai Pencetusnya Tak Diundang

Gerakan 212 memang sudah melenceng dari tujuan awalnya. Kegiatan yang kerap menggunakan dalih agama itu sudah bukan untuk membela agama lagi, tetapi lebih untuk kepentingan politik. 


Hal ini ditegaskan oleh Ketua Umum MUI, KH. Maruf Amin. Ia mengaku tak lagi diundang ke acara-acara 212 lagi. Padahal, dirinya pencetus fatwa yang melahirkan gerakan 212.


Hal ini menandakan 212 yang kemarin berbeda dengan 212 yg ia gerakkan dahulu. Dulu gerakan itu untuk menuntut penegakkan hukum atas penista agama. Setelah hukum diputuskan harusnya gerakan itu bubar. 


Kalau ada gerakan yang mengatasnamakan 212, berarti hal itu bukan untuk membela agama. Melainkan demi kepentingan kekuasaan. 


Malam Munajat 212 sangat kental dengan nuansa kampanye dan bagian dari politisasi agama. 


Hal ini dibuktikan dengan salam dua jari Waketum Gerindra, Fadli Zon dan orasi Ketum PAN, Zulkifli Hasan yang tendensius berkampanye, serta hadirnya tokoh-tokoh pendukung Capres Prabowo.


Oleh karena itu, pantas saja KH. Ma'ruf Amin tidak diundang. Karena mereka takut ketahuan aslinya. 


Politisasi agama memang menjadi taktik kubu capres 02 untuk menarik simpati umat. Tetapi dilakukan dengan cara yang salah.

Minggu, 24 Februari 2019

Sebut Orang Medan Tak Berduit, Lagi-Lagi Prabowo Hinakan Rakyat Kecil

Memang kasihan nasib rakyat Indonesia, apalagi di hadapan konglomerat besar seperti Prabowo Subianto. Mereka hanya mendapatkan cemohan daan penghinaan saja. 


Betapa tidak, setelah 'tampang Boyolali', ada juga 'wajah Grobogan', kemudiaan 'wartawan miskin', dan kini Prabowo Subianto kembali menghina masyarakat Medan. 


Calon Presiden nomor urut 02 itu yakin pendukung-pendukungnya yang hadir di Medan, Sumatera Utara, pasti kebanyakan memiliki wajah yang tidak punya uang. 


Hal itu disampaikannya dalam kampanye di Balai Pertemuan Regalle, Jalan Adam Malik Medan, Minggu (23/2).


Tentu saja, hal tersebut tidak pantas dikatakan oleh capres yang harusnya menebarkan optimisme di depan rakyat. Pasalnya, tidak hanya sekali saja Prabowo berkata dengan nada merendahkan seperti itu.


Seperti diketahui, Ia juga pernah menghina orang Sulawesi dan menghina bangsa Indonesia (2014), menghina profesi wartawan (2017), menghina masyarakat Boyolali dan profesi ojek online (2018), serta menghina masyarakat Grobogan (2019).


Kita tahu Prabowo  adalah konglomerat yang kekayaan pribadinya mencapai 1 triliun lebih. Tanahnya seluas ratusan ribu hektar. Dia merupakan golongan 1% di Indonesia. 


Namun kelakuannya kepada orang miskin sungguh sangat menghinakan. Bagaimana bisa seorang calon pemimpin menghina rakyatnya sendiri.


Sikap arogan dan tinggi hati ini tidak akan membuatnya mendapatkan suara dari masyarakat. Ia bukanlah golongan rakyat Indonesia pada umumnya.

Rabu, 20 Februari 2019

Dusta yang Kembali Terkuak, Eks Kombatan GAM Membantah Memanfaatkan Tanah Prabowo


Pasca luas tanahnya diungkap ke publik, kubu pendukung Prabowo-Sandi kembali melontarkan kebohongan ke masyarakat. Mereka menyebut bahwa tanah Prabowo di Aceh itu dikuasai dan digunakan oleh kombatan eks-GAM.


Pernyataan itu disampaikan oleh cawapres Sandiaga Uno dan Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi pasca debat kedua Pilpres. 


Namun, pernyataan itu langsung disanggah oleh Mantan Panglima GAM wilayah Linge, Fauzan Azima. Dia pun menegaskan eks kombatan GAM tak pernah memanfaatkan lahan capres nomor urut 02 itu. 


Fauzan merupakan mantan Panglima GAM wilayah Linge. Wilayah tersebut meliputi Aceh Tengah dan Bener Meriah, lokasi lahan Prabowo yang berupa hutan tanaman industri (HTI) berada. 


Dengan pengakuan dari Fauzan itu sudah terbukti bahwa pernyaataan tim pendukung Prabowo-Sandi itu adalah dusta belaka. Hal itu bagian dari 'ngeles' karena boroknya ikut terbongkar saaat debat.


Sebenarnya tak elok seorang calon pemimpin bangsa membangun dusta dengan cara mengambinghitamkan eks GAM. Fauzan menilai tak masalah Prrabowo berambisi besar, tetapi jangan sampai mengalahkan moralitas. 


Silahkan punya cita-cita tinggi tetapi jangan merendahkan atau mengkambinghitamkan pihak lain, apalagi dengan dusta. Eks-GAM tak pernah sekalipun memanfatkan lahan Prabowo.


Pernyataan Fauzan itu juga dibenaarkan oleh mantan kombatan GAM, Joni Suryawan dan petinggi Komite Peralihan Aceh (KPA) Pusat, Abu Razak. Mereka sama-sama membantah pernyataan Dahnil dan Sandiaga. 


Para eks kombatan GAM itu ramai-ramai membongkar dusta dari para pendukung Prabowo-Sandi. Hal ini penting dilakukan agar publik mengetahui bahwa apa yang disampaikan oleh tim pendukung Prabowo-Sandi itu banyak dustanya. Hoax.

Bengal dan Nakal, Dosa dan Kejahatan Prabowo Subianto yang Harus Diketahui Rakyat

Bila kita telusuri rekam jejaknya, sikap bengal dan nakal dari Prabowo Subianto itu sudah mulai muncul sejak masa muda. Ia dikenal sebagai taruna yang bandel ketika menempuh pendidikan di Akabri (sekarang Akademi Militer). 


Ketika muda, Prabowo adalah perwira yang menonjol karena ambisi dan KKN-nya. Bayangkan saja, dia adalah putra seorang Menteri, sekaligus menantu penguasa rezim di Indonesia yang terkenal paling korup se-dunia, Soeharto. 


Prabowo masuk Akmil tahun 1970 melalui rekomendasi ayahnya Soemitro Djojohadikusumo. 


Namun dalam menempuh pendidikan Akmil, Prabowo pernah melarikan diri atau desersi karena tidak tahan terhadap budaya keras, disiplin, ketat, pengkaderan dan penggojlokan ala militer di Akmil yang saat itu dipimpin Letjen Sarwo Edhie Wibowo (ayah dari Ani Yudhoyono).


Sebagai anak muda putra menteri dan kaya raya, Prabowo di Akabri sering bersikap eksklusif dan menyendiri. Menurut kabarnya, dia merasa tidak nyaman dengan lingkungannya yang dinilai bukan level atau kelasnya sebagai anak orang kaya.


Tak hanya itu, menurut cerita beberapa seniornya di Akabri, Prabowo juga pernah tinggal kelas selama menempuh pendidikan di sana. Ia lulus dengan terlaambat setahun, sehingga menjadi angkatan 1974. 


Hal itu karena Prabowo kedapatan pernah melarikan diri dari Akabri untuk berpacaran di Jakarta. Selain juga karena dirinya suka berantem hingga salah satu korbannya adalah SBY.


Prabowo kemudian dijodohkan orang tuanya dengan seorang gadis, namun menolak hingga mempermalukan orang tuanya dengan tidak mengindahkan pertunangan itu.


Ia melarikan diri dengan cara ikut dalam operasi militer di Timor Timur yang berakibat pertunangannya dibatalkan dan membuat keluarganya malu. 


Masa muda Prabowo yang bengal itu dibawanya hingga dewasa. Karena karakter dan watak tak mungkin bisa dilepaskan begitu saja. Terbukti ketika dirinya menjdi Danjen Kopassus kasus penculikan menjadi ingatan publik yang tak pernah dilepaskan dari dirinya

Selasa, 19 Februari 2019

Fakta, Perusahan Prabowo dan Sandi Perusak Alam di Indonesia

Antara Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno adalah sama-sama pengusaha besar yang menguasai ratusan ribu hektar tanah di Indonesia. Mereka berbisnis ekstraktif, tetapi ternyata kelakuan perusahaannya banyak yang merusak alam dan lingkungan. 


Hal itu bisa dilihat dari pengakuan Gubernur Aceh Non-Aktif Irwandi Yusuf. Ia membenarkan perusahaan perkebunan milik calon presiden Prabowo Subianto, PT Tusam Hutani Lestari menguasai 120 ribu hektare hak pengelolaan di Aceh. 


Menurutnya, perusahaan itu bermasalah saat dia menjabat sebagai Gubernur Aceh. Pasalnya, perusahaan Prabowo yang bernama PT. Tusam Hutani Lestari itu melakukan penebangan hutan pinus dan tidak menanami kembali hutan yang ditebang tersebut,


Sementara itu, PT. Langgam Inti Hibrindo (perusahaan kelapa sawit) yang merupakan anak perusahaan PT. Provident Agro Tbk milik Sandiaga Uno pernah ditetapkan sebagai tersangka kebakaran hutan dan lahan di Kec. Langgam, Kab. Pelalawan dengan luas kebakaran 250 Ha.


Dengan rekam jejak seperti itu, maka secara moral dan etika sungguh lucu bila Prabowo berkomitmen hendak menjaga lingkungan bila terpilih menjadi Presiden RI nanti. 


Saat debat Pilpres kedua lalu, Prabowo Subianto tidak berani menjawab macam-macam terkait pengelolaan sawit dan penanganan kebakaran hutan karena tidak memahami materi. 


Selain itu, dia juga tidak mengetahui pencapaian Pemerintah sejauh mana serta takut jika Presiden Jokowi kembali melakukan skakmat terkait Sandiaga Uno yang perusahaannya bermasalah.


Dari persoalan itu, kita bisa melihat perbedaan diantara kedua kandidat. Bila Prabowo dan Sandiaga memiliki perusahaan yang sama-sama merusak lingkungan di Indonesia, sementara pemerintahan Presiden Jokowi bergerak cepat memadamkan kebakaran hutan dan lahan. 


Oleh karena itu, jangan biarkan para perusak lingkungan itu menjadi Presiden dan Wapres di Indonesia. 


Karena mereka sejatinya adalah pengusaha yang rakus dan merusak lingkungan, sehingga ketika mereka memimpin, maka perusakan alam itu tidak akan terkontrol dan akan mengancam kelestarian lingkungan.


Kita seyogianya dapat berpikir logis dan rasional, yakni dengan membandingkan dan memperhatikan rekam jejak diantara keduanya. Pilih kandidat yang terlibat dalam kasus perusakan alam dan lingkungan. Agar Indonesia lestari untuk anak cucu kita nanti.

Jumat, 15 Februari 2019

Menang Saja Belum, Prabowo Malah Sudah Bagi-Bagi Kursi Menteri

Meski belum menang Pemilihan Presiden, Prabowo Subianto sudah sesumbar kabinet yang dibentuknya kelak. Bahkan, capres nomor urut 02 itu telah menyiapkan sejumlah nama yang bakal mengisi kursi menteri. 


Adanya penyusunan kabinet sebelum momen pencoblosan seperti ini menunjukkan bahwa Prabowo memang sudah membagi-bagi janji kepada beberapa pihak. Politik transaksional tak terelakkan lagi. 


Menanggai itu, Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf, Johnny G Plate agak heran. Karena pemilihan Presiden ini adalah memilih Presiden dan Wakilnya, bukan kabinet. 


Pernyataan Prabowo soal kabinet itu, menurutnya, hanyalah taktik untuk menyemangati tim suksesnya. Itu adalah teknik perangkap buaya. 


Johnny menyebut cara itu sengaja dilakukan Prabowo agar orang-orang di sekitarnya terpacu bekerja keras karena elektabilitas Prabowo dinilai Johnny stagnan. Dia menyebut cara Prabowo itu seolah memberi harapan bagi koalisinya untuk selalu semangat.


Hal itu merupakan respon atas stagnannya tren elektabilitas Prabowo pada kisaran 33 persen dengan perbedaan keunggulan Jokowi yang lebih dari 20 persen. Karenanya, dia memberi harapan pada calon menteri koalisinya.


Sementara itu, menurut Direktur Program TKN Jokowi-Maruf Amin, Aria Bima, menyatakan bahwa pemilu adalah pemilihan presiden dan wakil presiden. Sehingga tidak terbesit pembicaraan soal menteri di TKN.


Politisi Perjuangan itu menjelaskan bahwa TKN fokus untuk bertempur jelang Pilpres April mendatang. Bila sudah menang, mereka baru akan menyusun kabinet. Di sinilah perbedan antara Prabowo dan Jokowi. 


Lucunya, kubu Prabowo itu terburu-buru membicarakan kursi menteri untuk bagi-bagi kekuasaan. Padahal, posisi mereka masih kalah. 


Seharusnya fokus menang dulu, kalau sudah menang baru bicara soal menteri. Mungkin Prabowo sudah kepedean kalau ia bakal menang dalam Pilpres 2019. Capres yang terlanjur 'kebelet' memang seperti itu.

Prabowo Politisasi Shalat Jumat, Takmir Masjid Protes dan Keberatan


Kabar Prabowo Subianto yang akan Shalat Jumat di Masjid Agung Semarang begitu masif tersebar di media sosial. Bahkan, selebaran itu terang-terangan mengajak untuk Jumatan bersama Prabowo. 


Baru kali ini ada orang mau shalat Jumat membuat flyer dan poster. Apalagi kalau bukan untuk mempolitisasi ibadah wajib umat Islam tersebut. 


Karena potensi politisasi agama itu sangat besar, Ketua Masjid Agung Semarang atau Masjid Kauman, KH Hanief Ismail, menyatakan keberatan adanya rencana Capres 02 Prabowo Subianto jumatan di Masjid Kauman.


Pada prinsipnya, KH Hanief Ismail tidak pernah melarang siapapun untuk shalat Jumat di Masjid Kauman. tetapi bila shalat itu dipolitisasi dengan diikuti mobilisasi massa, maka dia sangat keberatan. 


Apalagi, jika peristiwa itu dijadikan sebagai ajang politik pencitraan sebagai bahan kampanye. Menurutnya, masjid harusnya menjadi tempat suci, bukan ajang untuk kampanye politik.


Ia khawatir Prabowo akan mempolitisasi ibadah sholat Jumat dan menggunakan masjid untuk kepentingan politik, sehingga Bawaslu diharapkan bertindak sesuai hukum.


Seperti diketahui, Kiai Hanief mengaku tidak pernah mendapat surat secara resmi maupun informal dari tim kampanye Prabowo-Sandi terkait kegiatan sholat Jumat yang akan dihadiri Prabowo dan para pendukungnya. 


Apa yang dilakukan oleh Prabowo dan tim suksesnya ini memang sudah keterlaluan. Mereka tak malu-malu untuk menggunakan masjid dan tempat ibadah lainnya, untuk kegiatan politik. 


Hal ini jelas berpotensi melanggar aturan kampanye dan sangat menodai kesucian masjid sebagai tempat ibadah. Protes dan keberataan Takmir Masjid Kauman sudah selayaknya dilayangkan kepada mereka.

Kamis, 14 Februari 2019

Lagi-Lagi, Prabowo Berbohong dengan Pesan Penuh Ketakutan dan Pesimisme


Pesan-pesan yang menyebarkan ketakutan dan pesimisme kembali dilontarkan oleh calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto. Dalam salah satu momen kampanyenya, Prabowo menyebut Indonesia saat ini dalam keadaan sulit dan susah.

Pernyataan itu disampaikan oleh Prabowo di Lapangan Desa Slinga, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, Jateng. Menurutnya, banyak rakyat saat ini yang masih susah makan.

Lebih lanjut, Prabowo mengatakan bahwa kekayaan yang telah diberikan oleh Tuhan kepada bangsa dan negara Indonesia sangat berlimpah tetapi tidak tinggal dan tidak untuk rakyat Indonesia.

Pesan-pesan di atas tentu saja tidak benar. Apa yang diungkapkan oleh Prabowo hanya sekadar 'gimmick' seolah membela rakyat, padahal dirinya adalah bagian dari sebagian kecil konglomerat yang mengeruk kekayaan bangsa Indonesia.

Menurut data pun tidak seperti itu. Bila memang ada rakyat yang masih susah makan, seharusnya Prabowo turut membantu untuk mengatasinya, toh dirinya termasuk orang kaya.

Selebihnya, Prabowo hanya untuk melontarkan janji-janjinya tanpa disertai dengan rencana program dan kebijakan yang akan dijalankan.

Di sisi lain, Prabowo dalam kesempatan itu juga menyerukan kepada masyarakat agar menerima uang bagi-bagi/ sogokan kampanye karena uang tersebut milik rakyat Indonesia. Hal itu jelas sebuah seruan yang menganjurkan rakyat untuk melanggar aturan pemilu.

Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada. Baik pemberi maupun penerima uang politik sama-sama bisa kena jerat pidana berupa hukuman penjara.

Pernyataan Prabowo itu, disadari atau tidak, telah merusak pertumbuhan dan perkembangan demokrasi dalam rangka pelaksanaan pemilu. Pokoknya, dia berani mengorbankan apapun demi suara.