Reuni 212 diduga tak lagi murni untuk membela agama dan NKRI sebagaimana yang digembar-gemborkan selama ini. Kenyataannya, Reuni tersebut lebih banyak ditunggangi kepentingan lain.
Reuni 212 adalah kamuflase paling vulgar dari dalih agama. Namun, maksud dan tujuannya untuk tujuan politik.
Pastinya Reuni 212 adalah untuk mengirim pesan kepada Presiden Jokowi bahwa mereka masih eksis, dan siap mendukung Prabowo-Sandi. Ini kepentingan utama dibalik Reuni 212 tersebut.
Di samping itu, Reuni 212 juga menjadi ajang eksistensi terselubung dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Mereka masuk dalam gerbong Reuni 212 agar bisa berkampanye mengenai paham khilafah.
Sebagaimana kita tahu, HTI adalah organisasi terlarang karena telah dibubarkan oleh pemerintahan Presiden Jokowi. Pembubaran itu terkait dengan paham khilafahnya yang akan mengganti Pancasila dan mengubah NKRI.
Sekarang, eksponen HTI itu bergabung dengan para pengusung Aksi 212. Mereka bersama-sama berencana menggelar Reuni 212.
Penyusupan HTI ke tubuh Reuni 212 itu terlihat jelas saat mereka akan menggelar pawai bendera tauhid. Bendera hitam bertuliskan tauhid itu kita tahu adalah simbol HTI.
Saat mereka berhasil mengibarkan ribuan bendera, mereka hendak mempengaruhi masyarakat bahwa perjuangan HTI selama ini demi agama. Jelas ini bahaya.
Oleh karena itu, kita harus sadar dengan kepentingan di balik Reuni 212 ini. Kita jangan sampai tertipu dengan baju. Reuni 212 adalah kedok, HTI adalah motor dibaliknya. Plus dengan kepentingan Prabowo-Sandi.
Sudah itu saja isinya. Tak perlu dibantah lagi.