Terhitung sejak keputusan Sandiaga Uno mendampingi Prabowo Subianto sebagai cawapres, maka kursi Wakil Gubernur DKI Jakarta kosong. Kedua partai pengusung Anies-Sandi, Gerindra dan PKS saling mengklaim bahwa mereka adalah yang paling berhak.
Alhasil, hingga kini kursi itu masih kosong. Partai Gerindra dan PKS tak segera memutuskan karena masih tarik-menarik kepentingan.
Terkait kosongnya kepemimpinan tersebut mengundang komentar dari kubu petahana. Pasalnya, urusan yang seharusnya mudah diselesaikan tapi sangat lama diputuskan.
Hal itu sebagaimana disampaikan Wakil Ketua TKN, Johnny G. Plate. Menurutnya, jika urusan Wagub DKI saja bertele-tele, dan susah mengambil keputusannya, maka tentu akan mengkhawatirkan apabila mereka diberi kepercayaan mengurus negara yang lebih luas dengan seluruh permasalahannya. Pasti tidak bisa menyelesaikan masalah dengan cepat.
Gerindra-PKS bertele-tele menyelesaikan masalah yang sederhana. Polemik perebutan kursi Wagub DKI Jakarta telah mengorbankan rakyat Jakarta. Karena semakin lama kosong maka pelayanan Pemprov DKI tidak bisa efektif, dan berjalan dengan baik.
Hal itu menjadi bentuk tidak profesionalnya kerja partai-partai pendukung oposisi. Mereka lebih mengedepankan ego dan kepentingan politik masing-masing dibandingkan bekerja untuk rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar