Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto sempat memperkenalkan para calon menteri yang duduk di kabinet pemerintahannya jika terpilih pada Pilpres 2019 nanti.
Hal ini disampaikannya saat kampanye terbuka di Lapangan Sidolig, Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, Kamis (28/3).
Beberapa nama pentolan koalisinya disebut akan menjadi menteri bila dirinya terpilih nanti, diantaranya, Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Sekjen PAN Edy Soeparno dan Sekjen Partai Demokrat, Hinca Panjaitan.
Kampanye Prabowo dengan memperkenalkan para calon menterinya jika di terpilih menjadi presiden itu adalah bagian dari bagi-bagi kekuasaan. Orang-orang yang akan diangkat menjadi menteri itu adalah mereka yang sudah habis-habisan mendukungnya dan patungan besar untuk kampanye.
Padahal, calon menteri itu sebagian adalah orang-orang tidak memiliki kompetensi di bidangnya. Mereka dipilih bukan karena kompetensi, sehingga pantas disebut tanpa dasar yang jelas dan tanpa pertimbangan matang.
Misalnya, pemilihan AHY sebagai calon menteri Prabowo hanyalah langkah taktis Prabowo untuk menarik hati pendukung Partai Demokrat agar tetap mendukungnya.
Dulu AHY pernah digadang-gadang menjadi Cawapres Prabowo, tapi malah digeser oleh Sandi. Dengan begitu, semuanya hanyalah gimmick saja.
Itulah taktik Prabowo untuk mencari suara dari para pendukung partai koalisinya. Mereka diberikan jabatan tertentu agar tetap mau mendukung.
Bila seperti itu, bukankah itu tak lain sebagai politik dagang sapi? Ya, hanya sekadar jual beli jabatan, tanpa gagasan untuk memajukan rakyat Indonesia.