Selain menghapus akun di sejumlah negara yang dinilai melakukan tindakan tidak autentik yang terkoordinasi, Indonesia juga terkena kebijakan Facebook.
Kepala Kebijakan Keamanan Siber Facebook, Nathaniel Gleicher, menyebutkan pihaknya telah menghapus 69 akun Facebook, 42 page dan 34 akun Instagram yang terlibat dalam perilaku tidak autentik terkoordinasi.
Orang-orang yang berada di belakang jaringan ini menggunakan akun palsu untuk mengelola page atau halaman, menyebarkan konten mereka, dan mengarahkan orang ke situs di luar platform.
Modus jaringan tersebut memposting dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia tentang Papua Barat dengan berbagai konten untuk mendukung gerakan kemerdekaan.
Saat ini, Facebook berkomitmen untuk tetap menjadi platform yang terdepan, dengan membangun teknologi yang lebih baik, mempekerjakan lebih banyak orang dan bekerja lebih dekat dengan penegak hukum, pakar keamanan, dan perusahaan lain.
Permasalahan jaringan kemerdekaan Papua ini menjadi tantangan yang berkelanjutan. Karena berkaitan dengan penyebaran informasi hoaks.
Bila diperhatikan seksama, sejak bulan September lalu, telah terjadi peningkatan akun Twitter dan Facebook palsu terkait Papua.
Hal tersebut menunjukkan bahwa konflik Papua dan Wamena terjadi secara terkoordinasi oleh pihak tertentu untuk mengacaukan keadaan demi tujuan sepihak yang jelas merugikan banyak orang.
Karena inilah, kita patut waspada dengan setiap informasi hoaks mengenai situasi di Papua. Jangan sampai kita diprovokasi untuk memecah belah masyarakat Indonesia.
Papua adalah bagian sah dari NKRI yang tak terpisahkan. Mari kita jaga bersama-sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar