Sabtu, 12 Januari 2019

Orde Baru Ingin Bangkit via Prabowo, Pengalaman Buruk AH. Nasution Ini Jangan Terulang Kembali



Orde Baru adalah rezim kekuasaan yang tak hanya korup, tetapi juga kejam. Ia merangkul mereka yang dianggap kawan, tetapi menendang keluar mereka yang dianggap lawan. Bahkan dengan cara yang tak berperikemanusiaan.

Hal itu pernah dialami oleh mantan Panglima ABRI, Jenderal AH. Nasution. Sebelum naik ke tampuk kekuasaan, dirinya adalah yang membuka peluang dan mendorong Soeharto menjadi Presiden RI.

Tetapi setelah Soeharto berada di tampuk kekuasaan, Nasution adalah sosok yang begitu dibenci. Sebabnya tentu saja terlalu kritis sehingga dianggap mengancam kekuasaan Soeharto.

Keretakan keduanya makin menjadi saat Nasution ikut terlibat dalam Petisi 50. Petisi 50 adalah sebuah pernyataan keprihatinan yang ditandatangani sejumlah tokoh untuk mengkritisi semakin otoriternya Soeharto sebagai pemimpin republik.

AH Nasution akhirnya menjadi sosok yang dibenci dan dijauhi Orde Baru, sehingga hak politik dan suaranya dikebiri habis-habisan oleh penguasa.

Bahkan, AH Nasution pernah diperlakukan buruk saat melayat Adam Malik dengan digiring keluar oleh Prabowo Subianto dan Kivlan Zein. Padahal, dirinya saat itu sedang melakukan shalat mayat untuk temannya itu.

Pasokan air ledeng ke rumah Nasution pun diputus sehingga ia harus membuat sumur sendiri, selain itu media massa tidak diperbolehkan memuat wawancara dan tulisan Nasution. Bahkan di Mesjid Cut Meutia yang ia bangun, setiap salat Jumat, tentara selalu mengintai dalam posisi siap tembak agar Nasution tak naik mimbar.

Cuma itu? Tidak, Nasution juga tidak diperbolehkan memenuhi undangan keluarga pahlawan revolusi yang hendak mengadakan hajatan, walau rumah mereka tidak seberapa jauh dari rumah Nasution.

AH Nasution tidak boleh muncul dalam acara kenegaraan dimana ada Soeharto. AH. Nasution pun akhirnya disingkirkan oleh Soeharto melalui tangan Prabowo dengan operasi diam-diam.

Perlakuan Soeharto kepada AH. Nasution adalah cara berpolitik Orde Baru, yang melibatkan orang seperti Prabowo Subianto untuk mengamankan kekuasaan. Mereka otoriter dan tak mau demokrasi ditegakkan.

Kini, Prabowo hadir dalam pentas politik tanah air untuk mengembalikan tatanan Orde Baru itu kembali. Ia ingin membangun kekuasaan yang berpusat pada dirinya, dengan membungkam demokrasi dan korup.

Lantas mau kah kita mengikuti ambisi politiknya tersebut? Tentu saja tidak. Biarlah pengalaman AH. Nasution cukup sekali saja terjadi. Berikutnya negara dengan tatanan demokrasi, yang adil dan sejahtera adalah cita-cita kita bersama


Tidak ada komentar:

Posting Komentar