Beberapa hari ini, masyarakat banyak membicarakan pidato kebangsaan yang dilakukan oleh Prabowo Subianto. Capres nomor urut 02 itu menampilkan gagasan dan visi-misinya dalam pidato tersebut.
Selain itu, Prabowo secara umum juga banyak menyindir kekurangan pemerintahan Jokowi, menafikan kemajuan, dan lebih terkesan pesimis dengan masa depan Indonesia.
Pidato itu dikritik banyak pihak. Karena substansi pidato visi-misi itu sarat dengan ilusi dan retorika. Selain itu, Prabowo juga menggunakan teleprompter untuk pidato.
Hal ini menunjukkan bahwa dirinya telah melanggar aturan kampanye dan sesuai dengan wataknya yang pesimis tapi suka menyerang orang lain.
Taktik pidato yang menihilkan prestasi Presiden Jokowi itu sebenarnya tak begitu menguntungkan bagi Prabowo. Sebab, masyarakat tak terpengaruh dengan omongannya.
Masyarakat telah merasakan sentuhan kemajuan yang dikerjakan oleh pemerintahan Presiden Jokowi. Masyarakat juga tidak begitu respek dengan cara pidato yang menyerang, provokatif dan penuh pesimisme seperti itu.
Saat ini, pasangan Prabowo-Sandi memang gencar memainkan retorika melawan berbagai bentuk keadilan. Namun mereka lupa bahwa berbicara dan menyentuh rakyat adalah dengan hati, bahasa kepedulian melalui kepemimpinan yang merakyat, bukan sebaliknya.
Sebab rakyat Indonesia itu pada dasarnya selalu memiliki niat baik dan pemikiran positif. Strategi menyerang dan provokatif ala Prabowo justru menjadi arus balik bagi dirinya.
Itu yang tak disadari Prabowo.
Rabu, 16 Januari 2019
Tak Menarik Publik, Pidato Prabowo yang Sarat Ilusi dan Retorika Teleprompter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar