Besarnya impor dan defisit transaksi berjalan menjadi persoalan pelik di Indonesia kiwari ini. Berbagai usaha dilakukan pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk mengatasi itu.
Salah satu strateginya adalah membangun kemandirian bangsa untuk berbagai komoditas. Dengan memproduksi barang sendiri, kita bisa mengurangi impor sekaligus mendorong ekspor. Kebijakan inilah yang sedang digalakkan.
Oleh karena itu, pantas saja jika Presiden Jokowi marah ketika mengetahui beberapa barang masih impor. Apalagi untuk barang-barang yang seharusnya bisa diproduksi di dalam negeri.
Kemarahan itu terekam kala Presiden Joko Widodo membuka Rapat Koordinasi Nasional Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tahun 2019. Dalam kesempatan itu, sempat menyindir dan heran bahwa kebanyakan pacul dan cangkul yang ada di Indonesia adalah produk impor.
"Puluhan ribu-ratusan ribu cangkul yang dibutuhkan masih impor. Apakah negara kita yang sebesar ini industrinya yang sudah berkembang, benar cangkul harus impor?" tanya Presiden Jokowi.
Bukan tanpa alasan Jokowi mempertanyakan impor cangkul. Pasalnya, Indonesia masih mencatat defisit transaksi berjalan. Berdasarkan data Bank Indonesia, current account deficit/CAD per kuartal II 2019 mencapai US$8,4 miliar atau 3 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).
CAD juga membengkak 21 persen dibandingkan kuartal I 2019 yang sebesar US$6,97 miliar.
Impor juga menghilangkan ruang untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Menurut Jokowi, harusnya urusan pacul atau cangkul bisa diproduksi oleh unit Usaha Kecil Menengah (UKM).
Apalagi, pasar cangkul di Indonesia sendiri sangat besar yang harusnya bisa diproduksi di dalam negeri.
Untuk itu, Presiden meminta LKPP untuk memprioritaskan produk dengan komponen lokal yang sangat tinggi. Persulit Impor dan prioritaskan benar bahwa harga murah bukan patokan utama.
Murah tapi impor sebaiknya jangan diambil. Lebih baik barang lokal, meski harganya sedikit lebih mahal. Inilah nasionalisme kita.
Kita tentu saja sangat mendukung kritikan dan ketegasan Presiden Jokowi perihal bahaya impor dan keharusan membangun kemandirian bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar