Masalah pengelolaan sampah di Jakarta kembali menghangat. Gubernur DKI Anies Baswedan pun terlihat gagap menanggapi kritikan publik.
Anies mengklaim telah menginisiasi pengolahan sampah secara modern dengan skema Intermediate Treatment Facility (ITF). Ia sesumbar bahwa proyek yang sedang dikerjakan itu merupakan programnya.
Padahal, kalau kita mau periksa dengan detail, proyek tersebut sudah dimulai sejak tahun 2011 di era kepemimpinan Gubernur Foke. Hal itu kemudian dilanjutkan pada masa kepemimpinan Jokowi, Ahok dan Djarot.
Dengan demikian, Anies pada dasarnya hanya melanjutkan saja. Ia hanya kebagian meresmikan saja, bukan pihak yang menginisiasi apalagi mendaku ITF sebagai "programnya".
Menariknya, ada perubahan anggaran yang cukup besar dari proyek pembangunan ITF itu di era Anies Baswedan. Hal itu bisa dilihat dari adanya perubahan angka nilai proyekdi era kepemimpinan sebelumnya apabila dibandingkan sekarang.
Praktisnya, ada kelonjakan nilai proyek di era Anies Baswedan yang tak wajar. Saat diresmikan Anies, nilai investasi pembangunan ITF itu mencapai sebesar US$250 juta atau sekitar Rp3,6 triliun.
Padahal, saat pemenang ditetapkan di era Ahok dulu, nilai proyek tersebut 'hanya' 2,9 triliun. Di sini ada kenaikan nilai proyek yang mencapai 700 miliar rupiah.
Anehnya, Anies Baswedan mengaku tak mengetahui adanya selisih tersebut. Ia hanya berdalih bahwa anggaran itu ditetapkan di era Gubernur Ahok. Padahal, angkanya berbeda jauh.
Hal ini menunjukan bahwa dirinya memang tak berani terbuka dengan proyek tersebut. Lebih jauh lagi, mungkin dia memang tidak mengetahui hitung-hitungan angggaran pembangunan Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter tersebut.
Dengan membawa-bawa nama Ahok, Anies seperti ingin menyalahkan dan melempar bola panas kepada gubernur sebelumnya karena tidak tahu menahu terkait pembengkakan dana pembangunan ITF itu.
Jadi, prinsip Anies ini gampang ditebak. Kalau ada yang baik-baik akan diklaim sebagai prestasi kerjanya, tetapi kalau ada yang buruk dinisbatkan ke gubernur sebelumnya.
Hal itu dilakukan semata-mata untuk menutupi prestasi kerjanya yang nol besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar