Minggu, 04 Agustus 2019

Tommy Soeharto, Dalang Ijtima Ulama ke-IV




Persaudaraan Alumni (PA) 212 akan kembali menggelar ijtima ulama edisi IV. Acara ini akan diselenggarakan Senin 5 Agustus pekan depan. 

Ada dugaan kuat bahwa forum ulama yang (katanya) membahas masalah agama dan keumatan tersebut hanyalah kedok. Karena pada dasarnya mereka sedang merumuskan strategi politik pasca kekalahan Prabowo-Sandi di Pilpres 2019.

Pertemuan ini dikait-kaitkan dengan kemungkinan Prabowo dan Gerindra merapat ke koalisi Jokowi. PAN dan Demokrat, dua partai pendukung Prabowo selain Gerindra dan PKS, juga terang-terangan menyatakan ingin bekerja sama dengan Jokowi. 

Dengan kronologi seperti itu, tidak heran ijtima ulama IV dikaitkan dengan upaya merespons pertemuan-pertemuan tersebut. Apalagi Wakil Ketua PA 212 Asep Syarifudin sempat bilang "Prabowo pengkhianat" karena bertemu Jokowi. 

Di balik forum pertemuan itu ternyata ada nama Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto. Sebagai penerus keluarga Cendana, Tommy menjadi sosok yang tak terpisahkan dengan para preman bersorban yang ingin menjatuhkan Jokowi tersebut. 

Sebelumnya, namanya dikaitkan dengan donatur aksi demo massa yang ingin memenjarakan Ahok, aksi kerusuhan 21-22 Mei dan kini namanya disebut ikut mendanai ijtima' ulama ke-IV.

Isu tersebut bukan pepesan kosong, soalnya lokasi digelarnya Ijtima Ulama ke-IV itu ada di Hotel Lorin, Sentul, Bogor, Jawa Barat. Hotel tersebut milik Tommy Soeharto.

Meskipun korelasi tersebut sempat dibantah oleh PA 212 dan Partai Berkarya, namun secara historis keduanya memiliki kesamaan ingin menjatuhkan pemerintahan Jokowi. 

Yaitu, Tommy ingin menyelamatkan harta keluarganya, sedangkan PA 212 ingin mengganti negara menjadi khilafah. Kepentingan keduanya pun bertemu.

Tak bisa dipungkiri lagi, dukungan Tommy ke PA 212 dan Ijtima Ulama ke-IV memang berlatar belakang politis. Dan politik selalu berurusan dengan timbal balik.

Dukungan Tommy terhadap Ijtima Ulama ke-IV itu adalah demi menyelamatkan kekayaannya. Mengingat banyak aset keluarganya yang mulai disita negara, seperti Yayasan Supersemar. Kemungkinan besar akan berlanjut ke aset-aset keluarga Cendana yang lan. 

Oleh karena itu, Tommy dan keluarga Cendana lainnya tak terima. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menjatuhkan kepemimpinan Jokowi. Dalam strategi tersebut, PA 212 dan Ijtima Ulama dijadikan tunggangannya. 

Di sini berlaku prinsip, siapa lawan dari lawanmu adalah kawanmu. PA 212 jelas sangat memusuhi Jokowi. Dialah yang dijadikan teman oleh Tommy dan klan Soeharto lainnya. 

Mereka bertemu atas kepentingan yang sama. Sampai di sini, paham?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar