Rabu, 14 Agustus 2019

Taktik Pecah Belah Koalisi Jokowi, Partai Nasdem Jadi Sasaran Tembak





Dinamika pasca Pilpres 2019 mungkin agak membingungkan bagi masyarakat awam. Pasalnya, mereka yang dulu musuhan tiba-tiba berkawan, sebaliknya yang dulunya berkoalisi tiba-tiba bermusuhan. 

Dinamika ini tak lepas dari sikut-sikutan adu kepentingan pasca Pilpres. Setiap pihak berusaha mengamankan kepentingannya masing-masing. 

Diduga kuat ada pihak yang ingin mendulang untung dari koalisi pemerintahan Presiden Jokowi. Upaya pecah belah pun tak terelakkan. Sekarang targetnya adalah Partai NasDem. 

Dari rentetan peristiwa saat ini, ada indikasi upaya untuk memecah NasDem dan PDI Perjuangan. Mereka juga berupaya menjauhkannya dari koalisi Jokowi.

Diantaranya, 
a. Pernyataan Kapitra, politisi yang kini duduk di PDIP yang mendesak NasDem jadi oposisi lantaran dinamika politik yang dilakukan Nasdem karena tidak setuju Gerindra bergabung di koalisi. Ini bukan kebijakan PDIP, melainkan omong kosong di Kapitra. Artinya ada kepentingan Kapitra yang berhubungan dengan Gerindra.

b. Politikus Partai Gerindra, Andre Rosiade dengan terang menantang dan menghantam NasDem dengan menyebutnya kebakaran jenggot dan penumpang gelap. Si botak Andre ini rupanya dengan licin ingin menjegal NasDem dan mau jadi penumpang gelap seandainya Jokowi menggandeng Gerindra.

c. NasDem diserang soal dijamunya Anies Baswedan oleh Surya Paloh. Politisi PSI lantang berkoar dan bereaksi atas pertemuan tersebut. Padahal dukungan Surya Paloh ke Anies hanya sebatas dukungan sebagai Gubernur tapi oleh para wartawan digiring ke dukungan sebagai Capres.

Ketiga hal ini menunjukkan bahwa memang ada pihak yang ingin mendulang untung dengan menyerang NasDem dan mencoba memisahkan NasDem dengan Jokowi ataupun dengan Mega. 

Skenarionya, jika koalisi Jokowi mau menceraikan NasDem dan menggandeng Gerindra, maka partai pimpinan Prabowo Subianto itu akan melancarkan aksi untuk memasukkan orang-orangnya ke dalam kursi menteri.

Harus diakui, semua skenario di atas memang soal kursi kekuasaan. Jadi, meskipun Pilpres sudah selesai, sikut-sikutan untuk mendapatkan kue kekuasaan itu belum selesai.

Kita harus peka melihat kondisi di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar