Sungguh kacau logika pendukung Prabowo-Sandi ini. Doa seorang ulama sepuh pun dipolitisasi demi memenangkan capres junjungannya. Salah satunya oleh Ferdinand Hutahaean.
Hal itu terjadi saat KH. Maimoen Zubair atau akrab dipanggil Mbah Moen mengalami selip lidah dan salah menyebut nama capres yang didukungnya. Awalnya, Mbah Moen ingin menyebut Jokowi, namun keliru nama Prabowo yang disebut.
Padahal sebelumnya, Mbah Moen mengungkapkan bahwa capres yang didukungnya adalah yang bersama dengan dirinya malam itu. Juga yang sedang memimpin dan duduk bersamanya saat itu. Dan itu tak lain adaah Jokowi.
Kekeliruan menyebut nama harusnya dimaklumi mengingat usia Mbah Moen sudah 90 tahun lebih. Sangat wajar bila keplintir lidah.
Namun bagi pendukung Prabowo-Sandi, seperti Ferdinand Hutahaean ini, momen tersebut adalah sasaran empuk untuk membuat "gorengan" isu. Ia gunakan kasus itu untuk menyerang kubu Jokowi-maruf Amin melelaui berbagai pelintiran.
Misalnya, menyebut Mbah Moen ditekan oleh Gus Rommy hingga terpaksa memilih Jokowi. Ia juga menyebut Mbah Moen merasa tertekan karena tindakan Ketum PPP tersebut.
Bahkan, yang paling parah, Ferdinand Hutahaean menyebut Mbah Moen sebagai pihak yang tak memiliki pendirian. Karena ada doa yang direvisi.
Pernyataan kader Demokrat itu tentu saja menyakitkan para Kiai dan santri NU. Karena Mbah Moen sendiri adalah tokoh sesepuh organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut.
Hal itu juga menunjukan bahwa Ferdinand Hutahaen merupakan politisi yang tak memiliki moral, dimana hanya karena urusan politik dan kepentingan pilpres, seorang kyai sepuh pun sampai dihina dan dijadikan komoditi hinaan.
Perlu diketahui, Ferdinand Hutahaean ini dulunya sempat berada di kubu Jokowi pada Pemilu 2014 lalu. Namunkarena kasus penggelapan uang relawan, dia akhirnya hengkang menyeberang ke kubu Prabowo.
Sejak saat itu, dia keap berkoar-koar di media sosial menghina Jokowi dan pendukungnya. Parahnya, serangkaian hoaks demi hoaks itu turut dinaikkannya demi eksistensi junjungan barinya, Prabowo Subianto, di jagat dunia maya.
Itulah sekelumit kisah politkus yang tak tahu malu dan nir-etika. Ia tak memiliki sikap yang jelas dan sukanya menghina, termasuk kepada para ulama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar