Sejak awal kubu Prabowo-Sandi selalu menuduh capres petahana melakukan kecurangan. Salah satu yang dituduhkan adalah soal mobilisasi aparatur sipil negara dan pegawai BUMN.
Tuduhan itu pun dimasukkan dalam gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Pada poin nomor 39, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi berpandangan bahwa Joko Widodo sebagai capres petahana melakukan pelanggaran pemilu dan kecurangan masif.
Salah satunya dengan ketidaknetralan aparatur negara, Polri, dan intelijen serta penyalahgunaan birokrasi dan BUMN.
Namun, tuduhan itu sepertinya akan mentah dan terpatahkan dengan sendirinya. Pasalnya, kenyataannya justru tidak seperti itu.
Terbukti, berdasarkan survei ada 78 persen pegawai BUMN yang justru memilih pasangan Prabowo-Sandi. Kemudian, ada 72 persen ASN yang juga memilih pasangan nomor urut 02 tersebut.
Kalau Jokowi benar memobilisasi ASN dan pegawa BUMN harusnya mereka menang telak di segmen pemilih tersebut. Faktanya justru kalah.
Selain itu, Jokowi-Maruf Amin juga kalah telak di Aceh, NTB, dan Sumatera Barat. Kalau disebut memobilisasi Polri-TNI harusnya mereka menang di seluruh wilayah.
Dengan data seperti itu, seharusnya kita bisa mudah memahami bahwa tuduhan mobilisasi aparatur negara itu hanyalah tuduhan tak berdasar saja. Pasalnya, kenyataannya tidak ada dan hasilnya pun tidak seperti yang dituduhkan.
Lantas, siapa saja yang memenangkan Jokowi-Maruf Amin? Menurut LSI Denny JA, pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin berhasil menumbuhkan militansi tiga segmen pemilih yang sangat besar sumbangannya.
Pertama adalah segmen pemilih kaum minoritas. Jumlahnya 10-11 persen tapi di segmen ini kemenangan Jokowi dinilainya telak.
Kedua adalah segmen wong cilik. Siapa wong cilik? Wong cilik adalah pemilih yang penghasilannya dua juta ke bawah. Data BPS dan juga data survei kita menunjukkan jumlah mereka banyak sekali. Sekitar 50 persen dari jumlah populasi
Suara merekalah penentu siapa yang menang. Menurut Denny JA, mereka ini pendidikannya mungkin paling tinggi SD, SMP, dan SMA yang tinggal di desa-desa umumnya.
Ketiga, pemilih Muslim khususnya dari komunitas NU. Adalah pemilih yang populasinya 85 persen penduduk Indonesia. Pemilih Muslim ini komunitas yang merasakan bagian dari NU dan mereka mendukung Jokowi-Maruf.
Dengan fakta seperti itu, maka tudingan bahwa Jokowi memobilisasi aparatur negara kembali terpatahkan. Pasalnya, kekuatan pendukung Jokowi bukan dari mereka. Sebaliknya, para aparatur negara itu sebagian besar malah memilih Prabowo-Sandi.
Diakui atau tidak, tudingan kubu Prabowo-Sandi di atas membuktikan bahwa mereka asal melemparkan isu negatif saja. Mereka tak pernah riset atau survei terlebih dahulu, sehingga tuduhannya mudah dipatahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar