Meski pada Pemilu 2019 lalu, PAN dan Demokrat mendukung pasangan Prabowo-Sandi, namun saat ini suasana hati kedua parpol itu sudah tak ada di sana. Mereka kini lebih dekat dengan pasangan calon presiden nomor urut 01, Jokowi-Ma'ruf.
Sikap PAN dan Partai Demokrat ini memang tidak terang-terangan mendukung Jokowi-Ma'ruf usai pilpres, namun dalam komunikasi politik yang telah dibangun kedua parpol ini menunjukkan adanya perubahan dukungan ke pasangan 01.
Pandangan seperti ini sebagaimana diutarakan oleh pengamat politik dari FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno.
Indikasinya sudah jelas, Ketua Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang sudah empat kali bertemu dengan Jokowi dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Begitu juga Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan sudah dua kali berkomunikasi dengan Presiden Jokowi.
Meski beralih dukungan, sikap dari kedua partai tersebut sangat wajar dalam iklim demokrasi. Pasalnya, dalam pelaksanaan pilpres, parpol tidak ada ikatan khusus berkoalisi seumur hidup.
Usai pilpres parpol bisa membangun komunikasi politik dengan siapa pun, termasuk PAN dan Demokrat yang berkomunikasi dengan 01. Jadi, keluar dari koalisi tidak perlu ada deklarasi.
Jika gugatan Prabowo-Sandi kalah di MK, PAN dan Demokrat akan menawarkan diri siap berada di pemerintahan manakala dibutuhkan. Hal ini berbeda dengan Gerindra dan PKS yang jelas tidak ingin Jokowi kembali menjadi presiden.
Inilah akhir dari politik pasca Pilpres 2019, sekaligus hancurnya koalisi Prabowo-Sandi. Sayonara Prabowo-Sandi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar