Dalam sejarah militer Indonesia ada seorang jenderal yang disebut sebagai "Jenderal Kunyuk". Siapakah itu?
Julukan "Jenderal Kunyuk" itu disematkan Presiden ke-4, Gus Dur, kepada Mayjen Kivlan Zen. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Wakil Sekretaris Partai Demokrat (PD), Rachland Nashidik.
Penjelasan Rachland Nashidik ini dalam konteks untuk membalas sindiran Kivlan Zen yang sebelumnya menyebut SBY sebagai orang yang licik. Menurutnya, seorang "kunyuk" tak pantas menilai SBY, yang merupakan Presiden ke-6 RI.
"Masa kunyuk mau menilai manusia, presiden ke-6 RI pula, yang jauh melebihinya dalam hal apa pun?" katanya.
Lebih jauh lagi, menurut Rachland, pernyataan sebangsa kunyuk itu tidak pantas didengar dan tidak penting, sehingga tidak perlu ditanggapi serius.
Saling ejek dan tuding diantara Kivlan Zen dan SBY ini belakangan memang lagi memanas. Hal itu berawal dari adanya tuduhan "setan gundul" yang diungkapkan oleh Wasekjen Partai Demokrat, Andi Arief.
Ini sekaligus menandakan adanya perpecahan yang dalam diantara koalisi Prabowo-Sandi. Tak bisa disangkal lagi, perpecahan itu pun semakin jelas terlihat.
Lebih terlihat lagi, saat anggota koalisi Prabowo-Sandi itu saling serang untuk menjatuhkan satu sama lain. Seperti saling ejek antara Kivlan Zen dan SBY ini.
17 April 2019 kemarin adalah tapal batas kerjasama Partai Demokrat dan koalisi 02. Pasca itu, mereka terus bertengkar karena kepentingannya sudah berlainan.
Diakui atau tidak, mereka itu memiliki kepentingan masing-masing, sehingga adu sindir untuk "saling membunuh" citra lawan di dunia politik itu harus dilakukan. Begitulah epos politik dari koalisi Prabowo-Sandi yang saat ini perlahan akan menuju senja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar