Meski telah mengklaim menang 62 persen, tetapi tak banyak yang tahu bagaimana hasil real count internal BPN Prabowo-Sandi. Termasuk soal metodologi pengumpulan suara dan tempat penghitungan suaranya.
Semuanya serba misteri dan ditutup-tutupi. Hal inilah yang menimbulkan keraguan dalam benak publik.
Tetapi baru-baru ini, misteri cara pengumpulan suara dari real count a la Prabowo-Sandi ini mulai terkuak. Tak dinyana, penghitungan real count BPN 02 itu ternyata hanya menggunakan sistem SMS yang dilakukan oleh timses BPN 02.
Adalah, Prof. Laode sebagai otak dari penghitungan perolehan suara untuk Prabowo-Sandiaga tersebut. Hal ini terbongkar dari wawancara politisi Partai Berkarya, Vasco Ruseimy dengan Prof. Laode yang menyajikan penjelasan itu lewat channel YouTubenya yang bernama Macan Idealis.
Di kesempatan itulah, Vasco menanyai dan mendengarkan penjelasan dari sosok yang disebutnya sebagai "otak" di balik data penghitungan yang dimiliki tim Prabowo-Sandi.
Di bagian awal setelah basa-basi, ketika Vasco langsung menanyai soal kontroversi data persentase kemenangan itu, dia langsung memberikan penjelasan, salah satunya yaitu bahwa bahwa basis klaim kemenangan itu adalah sistem yang menggunakan SMS.
Cara penghitungan suara via SMS ini tentu saja membuat dahi kita berkerut. Karena dengan seperti itu, bagaimana kita menguji kevalidan data yang disajikan oleh mereka.
Pelaporan melalui SMS tentu saja tak akan bisa menyertakan formulir C1. Bisa saja itu dikarang oleh oknum yang mengirimnya, sehingga data yang diperoleh tidak tepat.
Di era kiwari ini, Prabowo-Sandiaga masih menggunakan SMS, sehingga wajar jika input data yang dihasilkan terkesan ngawur dan melenceng jauh dari Situng KPU.
Mengingat menurut perhitungan Situng KPU per 11 Mei 2019 Jokowi-Maruf Amin masih unggul dibandingkan Prabowo-Sandi. Pasangan 01 itu unggul 56,30 persen dibandingkan 43,70 persen milik 02.
Dengan demikain, klaim kemenangan 62% dari kubu 02 itu tidak bisa dipertanggungjawabkan, karena metode yang digunakan tidak bisa dijadikan rujukan dalam menghitung perolehan suara Pemilu 2019 itu tidak memadai.
Penggunaan SMS untuk menghitung suara di Pemilu 2019 itu mirip dengan ajang pencarian bakat, bukan sebuah Pemilu. Hal ini menunjukkan betapa kubu 02 sangat memaksakan kemenangan dengan cara yang tidak masuk akal.
Melihat itu, kamu lebih percaya perhitungan KPU yang menggunakan formulir C1 asli, atau kubu Prabowo-Sandi yang jadul dengan metode SMS?
Kalau berpikir waras, harusnya lebih mempercayai perhitungan KPU. Entah bila sudah bernafsu berkuasa hingga melupakan akal sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar