Jumat, 31 Mei 2019

Prabowo Kalah (Lagi), Jangan Mau Diprovokasi


Ironi. Mungkin satu kata itu yang cocok untuk menggambarkan sepak terjang Prabowo dan pendukungnya. 


Pasca Pemilu 2019, kegaduhan politik belum usai. Ketegangan masih menghantui para elit, dan diikuti dengan para pendukungnya di akar rumput. 


Puncaknya pecah pada 21-22 Mei lalu. Aksi demonstrasi yang digalang oleh kubu Prabowo-Sandi berakhir ricuh dan mengarah pada kerusuhan sosial.


Dalam situasi seperti ini, para buzzer politik masih saja memanas-manasi masyarakat. Rakyat pun mudah terprovokasi. 


Sementara itu, para elit politik malah memilih pergi ke luar negeri. Lihat saja, Prabowo yang berpergian ke Dubai dan Austria. Sedangkan Sandiaga Uno berlabuh ke Amerika Serikat. 


Sebaliknya, para pendukung mereka yang militan masih turun ke jalan. Mereka berpanas-panas tanpa bayaran untuk demonstrasi. Bahkan beberapa orang telah menjadi korban. 


Dalam kondisi yang jomplang antara elit dan para pendukung seperti itu, entah mengapa malah Jokowi yang disalahkan. Bagi mereka, segala sesuatu yang terjadi di Indonesia adalah salah Jokowi.


Inilah salah satu keberhasilan "cuci otak" ala kubu oposisi. Mereka berhasil membangun narasi sesat seolah menjadi kebenaran. 


Akibat dari provokasi kubu Prabowo-Sandi itulah terjadi kerusuhan pada 22 Mei. Karena itu, Prabowo dkk harus bertanggung jawab. 


Polisi harus segera menangkap Prabowo dan membeberkan data, serta fakta yang ada. Hal ini penting agar para pendukungnya bisa terbuka matanya. 


Mereka itu selama ini tertutup dengan narasi sesat yang dibangun para buzzer media sosial pro-02. Narasi-narasi sesat tersebut ditelan mentah-mentah, apalagi yang dikaitkan dengan agama.


Jangan mau diadu domba para buzzer politik. Jangan mau diprovokasi oleh para elite politik. Mari kita gunakan nalar dan hati dalam menerima informasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar