Kalau ada politisi yang bermulut paling licin, nama Anies Baswedan patut dipertimbangkan. Dia adalah tokoh yang bisa berkata-kata lancar dan meyakinkan, meskipun kerap tidak konsisten alias plin-plan.
Misalnya, apa yang dilakukan oleh Anies kala menjadi pembicara dalam acara Cosmos Club di Washington, Amerika Serikat ini. Dalam acara tersebut, Anies diberikan kesempatakan untuk memaparkan perkembangan kondisi di Jakarta.
Tanpa malu-malu, Anies menyebut sejumlah kemajuan yang telah dikerjakan oleh pemerintahan Presiden Jokowi dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
Di acara tersebut, Anies memamerkan beberapa ikon kemajuan kota Jakarta, seperti MRT, LRT hingga program normalisasi sungai, termasuk dengan pembangunan infrastruktur.
Tak hanya itu, Anies juga memaparkan program 'Elevated Loopline' milik pemerintah pusat.
Padahal beberapa waktu lalu, Anies kerap mengkritik sejumlah program tersebut. Misalnya, dia mati-matian tak mau melakukan normalisasi sungai di Jakarta sebagaimana dikerjakan oleh Gubernur Ahok.
Anies juga pernah mengkritik bahwa pembangunan di era Jokowi dan Ahok jangan hanya benda mati untuk swafoto, namun sekarang mendadak diklaim demi sebuah pengakuan dari negara lain.
Anies juga pernah menuding bahwa LRT dan MRT sebagai penyebab macet dan banjir, namun kedua program infrastruktur tersebut juga diklaimnya ketika menjadi pembicara di Amerika Serikat.
Dia selalu mengkritik program orang lain, tetapi ketika ditanya soal kemajuan Jakarta, dia menampilkan itu. Hal ini bukankah sama saja Anies nebeng nama di program orang lain?
Seharusnya Anies Baswedan itu berani memamerkan programnya sendiri, seperti grebek sampah atau keruk sampah pakai tangan, program becak masuk Jakarta (lagi), hingga pembuatan trotoar yang berakhir ditempati PKL.
Bukan malah memamerkan program orang lain yang dikritiknya. Apalagi turut mendompleng dari kebijakan pendahulunya. Hal ini menunjukan sisi curang dirinya dan tak mencerminkan ciri seorang negarawan.
Anies Baswedan bertindak semaunya sendiri sesuai dengan kepentingan dan kesempatan. Dia itu tipe politisi super-oportunis.
Karena itu, Anies ini lebih layak disebut sebagai ahli kata-kata daripada ahli tata kota. Kerjanya hanya mengklaim keberhasilan orang lain, tanpa menciptakan prestasi pada kepemimpinannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar